Senin, 30 November 2009

Komparasi Knalpot Silencer Panjang Vs Pendek Vs Silent

Written by http://www.otomotifnet.com/otoweb/index.php?templet=ototest/Content/0/0/1/7/4462


Views : 3173

Published in : , Review Product


knalpotSaking banyaknya knalpot aftermarket di pasaran, tak jarang bikin keder calon konsumen. Sebab bukan cuma dari tampilan yang ditawarkan, dimensinya pun beragam. Ada yang silencernya panjang, ada pula yang pendek. Ada yang suaranya gede, ada juga yang lebih bersahabat di telinga alias silent. Tentu masing-masing punya keunggulan dan hasil reaksi yang berbeda terhadap performa mesin.

Anda pasti penasaran kan seperti apa efek yang akan dihasilkan? Makanya, OTOMOTIF berinisiatif mengujinya buat Anda. Biar nanti Anda tidak salah pilih. Produk yang diambil sengaja dari 1 brand, namun dengan 3 desain yang berbeda. Yakni merek AHRS. Sebagai bahan praktiknya diuji pada Yamaha Mio Sporty 2009 yang jarak tempuhnya baru 2.700 km. Pengukuran performa yang dihasilkan menggunakan dynometer merek Rextor.


Nah, knalpot pertama yang diukur AHRS tipe F4 Hexacone 02 seharga Rp 360 ribu yang bentuk silencernya agak pendek. Berikut tipe F4 juga tapi model Sport Series yang silencernya lebih pajang. Banderolnya Rp 350 ribu. Sedang kontestan terakhir adalah tipe silent seharga Rp 275 ribu yang panjangnya mirip F4 Sport Series.

Berikut ini hasil pengujiannya dengan berpatokan dari knalpot standar.

F4 Hexacone 02 Vs F4 Sport Series
Sejatinya knalpot jenis freeflow dengan konstruksi lebih pendek cenderung sip mengail torsi di putaran bawah. Namun pada kenyataannya, untuk motor standar tetap lebih yahud pakai saluran gas buang agak panjang. Namun panjang maksimalnya diusahakan sama dengan knalpot standar.


F4 Hexacone

F4 Sport

Silent

“Kalau terlalu panjang akan membuat akselerasi motor jadi lambat mencapai top speed. Sebaliknya bila kependekan, napas mesin jadi cepat habis,” bilang Hasyim Sonedi, tuner divisi racing AHRS.

Terbukti dari hasil pengukuran, tipe Sport Series justru berhasil mendongkrak torsi maksimum cukup signifikan dibanding Hexacone. Yakni yang semula (standar Mio Sporty) hanya 8,38 Nm/4.821 rpm, terkerek jadi 10,31 Nm di putaran 5.036 rpm. Sementara F4 Hexacone 02 terpaut 0,14 Nm di bawahnya. Namun peraihan torsi tersebut dicapai hingga putaran yang lebih rendah 38 rpm dari F4 Sport Series.

Begitu pula terhadap tenaga. Tipe Sport Series mampu meningkatkan horse power Mio hingga 0,5 dk jadi 7,8 dk. Sedang F4 Hexacone lebih rendah 0,1 dk dari F4 Sport Series. Tapi meski lebih rendah 0,1 dk, raihan tenaga puncak berlangsung singkat hanya sampai putaran 5.762 rpm. Efek yang akan dirasakan bila menggunakan Hexacone 02, akselerasi di putaran bawah bakal cepat melesat. Namun napas mesin cepat habis. Sementara Sport Series tak segesit Hexacone di putaran bawah, tapi napas mesinnya sedikit lebih panjang.

“Untuk tipe Hexacone sebenarnya dirancang buat motor yang sudah ditune-up atau bore-up. Hasilnya bakal lebih sip lagi. Sementara Sport Series cenderung buat standar dan korek harian,” terang H.Asep Hendro selaku bos AHRS yang bermarkas di Jl. Tole Iskandar, Depok Timur, Jabar.

Silent Series
Khusus jenis ini bila dibandingkan knalpot freeflow tulen, bisa ditebak hasilnya. Karena umumnya konstruksi silencer-nya lebih banyak sekat guna meredam kebisingan, torsi yang bakal dihasilkan tak sedahsyat jenis free flow. Terbukti hanya mampu meningkatkan torsi puncak dari 8,38 Nm jadi 9,43 (naik 1,5 Nm).

Begitu pula terhadap tenaga. Meski pencapaian maksimumnya sama dengan tipe F4 Hexacone, yakni 7,7 dk, namun grafik tenaganya, terutama di putaran 4.400 - 6.100 rpm lebih rendah dari tipe freeflow tulen. Selebihnya, power yang mampu dikoreksi mirip-mirip tipe freeflow. Namun lantaran hambatannya lebih sedikit dibanding knalpot bawaan motor, performa yang dihasilkan tetap lebih baik dari standar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar