Kamis, 15 Juli 2010

Antara Halus dan Kasar



4996beda-ip---candra-1.jpgRafid Topan dan Yudhistira, dua pembalap muda yang berlaga di IndoPrix (IP). Keduanya memberi gambaran perbedaan mendasar antara gaya balap di MotoPrix (MP) dan IP. Topan dan Yudhis, begitu sapaan mereka, sama-sama mencuri perhatian di seri II IP 2010 yang berlangsung di Park Kenjeran, Surabaya, beberapa waktu lalu.

Karena perbedaan gaya, ketika itu, keduanya mencetak hasil yang berbeda. Topan pulang tanpa poin karena jatuh bersama Denny Triyugo. Sementara Yudhis yang start dari grid ke-24 dari 27 starter, justru finish ke-5 dan terdepan di 2 race IP125!
4997beda-ip-(-yudistira)---cand.jpg
Pencapaian Yudhis belum pernah terjadi sepanjang IP. "Yudhis gayanya dewasa, halus. Itu gaya IP. Sementara, Topan menggunakan gaya balap MP, cenderung kasar," telaah Edmond Cho, manajer Yuudhis di tim Yamaha Indoprom HRVRT-BGM.

Edmond yang biasa dipanggil Obos memerhatikan gaya Topan. Maklum, Obos sempat mengincar pemuda asal Jakarta ini untuk mendampingi Doni Tata. Dia akan dipakai di kejuaraan internasional. Mantan manajer divisi motorsport Yamaha ini juga bermata tajam untuk mencari pembalap berbakat.

Topan masih grasak-grusuk. “Ini gaya anak MP, yang justru membahayakan dia kalau dipakai di IP Seperti yang terjadi di Kenjeran kemarin. Karena nafsu, dia justru jatuh. Apesnya, Topan menyeret Denny juga," papar Obos.

Topan pun didenda Rp 500.000 dan diskors sebulan tanpa boleh ikut balap apa pun. Berarti, pelajaran buat Topan. Membalap berlainan level, lain pula perlakuan tekniknya.

4998beda-ip-(-hendri-)---candra.jpgDua pembalap senior, Hokky Krisdianto dan Hendriansyah melihat, balapan IP dan MP memang beda gaya. Meski sama-sama menunggang underbone 125 cc dan 110 cc, di IP namanya IP1 dan IP2, sementara di MP, sebutannya MP1 dan MP2, tetap aja gayanya bak langit dan bumi.Sama motor, “Tapi teknik membawanya beda. Terutama karena sirkuit yang dipakai beda dan lawan yang dihadapi juga beda," buka Hokky yang hampir karatan menggeber underbone, baik di kejurnas MP, IP atau FIM Asia.

Gaya balap dan sirkuit tentu satu hal mutlak. Di IP, pembalap mengaspal di sirkuit permanen. Sedang MP lebih banyak pakai trek dadakan alias pasar senggol. Gaya balap dan teknik menaklukkan trek dadakan amat beda dengan sirkuit permanen seperti Sentul, atau bahkan Kenjeran dan Binuang.

"Di trek dadakan, mayoritas tikungannya patah-patah, atau putar-balik dengan radius putar sempit. Jadi, asal bisa ‘ngerem mati', di titik yang makin dekat tikungan, dan cepat buka gas sudah pasti bisa keluar tikungan cepat. Padahal di Sentul atau Kenjeran, gaya seperti itu tidak kepake. Kita harus rolling speed agar kencang melewati tikungan," imbuh Hendriansyah, yang ikut turun di Kenjeran demi merajut lagi karier di liga underbone.

Lebih jelasnya, menurut Hendri yang dulu dikenal dengan sebutan ‘Si Kuncung', rolling speed itu bukan sekadar gantung gas di dalam tikungan. Sebab, yang lebih penting, waktu di dalam tikungan, motor harus meluncur terus. Rpm harus di titik di mana mesin masih bertenaga. Posisi gigi engine-brakenya harus pas.

Misalnya di R1 Kenjeran, pakai persneling 3. Saat motor masuk, dibuat nyelonong. “Tetapi, saat keluarnya harus bisa sesegera open-throttle. Jangan sampai nyelonong, setelah itu harus ngerem lagi. Sama aja bohong," ujar Hendri.

Nah, kalau pakai gaya MP, memang bisa masuk cepat. Tetapi keluarnya nggak bisa cepat. Sebab harus atur posisi motor agar bisa digas lagi. Biasanya kalau sudah begini, motor harus dibuat tegak dulu.

Untuk IP di trek permanen, masuk tikungan posisi badan ke depan. Agar roda depan lebih tertekan. “Meski roda belakang sliding, tidak jadi masalah. Karena masih bisa dikontrol. Saat keluar, badan geser dikit ke belakang, agar roda belakang dapat grip. Tetapi, semua teori ini tidak berlaku di MP yang pakai trek dadakan," urai Hendri yang juga punya julukan Dewa Road Race.

Bicara rival yang dihadapi, strategi melawan rider di arena MP pun beda dengan taktik melawan para joki di ajang IP. Mental joki IP udah kuat. Mereka biasa tarung dengan pembalap papan atas. "Jalur balap mereka sudah benar. Jika pake gaya MotoPrix, membahayakan joki lain," tegas Hokky.

Pembalap mahir tidak buru-buru menyalip. Mereka lebih suka mengikuti dahulu lawan di depan. Tentunya sambil membaca peluang, kelemahan dia ada di mana. “Kalau sama-sama kuat, baru pakai tindakan nekat. Late-braking lebih dekat tikungan dibanding lawan dan keluar tikungan buka gas lebih cepat. Tapi tetap dengan perhitungan penuh. Bukan sekadar memaksa," jelas Hendri panjang kali lebar.

Betul! Main di IP memang harus halus. Bukan cuma modal nekat!

Penulis/Foto : Aries/Dok. MOTOR plus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar