Selasa, 05 Mei 2009

:. Suzuki Spin 125 2005 (Jakarta)
Engine Swap 250 cc
2009-01-16 18:06:09

929spin-engine-swap---endro-1.jpgMeningkatkan power mesin skubek tidak hanya ditempuh dengan cara main bore up atau stroke up. Kini muncul virus baru mengganti mesin standar dengan dapur pacu kapasitas besar. “Istilahnya engine swap,” komentar Mr. B yang ogah disebut nama lengkapanya lantaran khawatir beken.

Di Indonesia, engine swap skubek memang yang pertama dilakukan Mr. B ini. Secara kekuatan mesin, lebih tahan lama. “Tidak mudah ereksi seperti motor bore up yang kurang pada ketahanan,” jelas Mr. B yang asli Jakarta itu.

Langkah awal dijajal di Suzuki Spin 125. Untuk mencongkok mesin skubek cc besar memang banyak pilihan. Ada kepunyaan Yamaha Majesty 250, Honda Helix 250 dan Honda Forza 250. “Saya pilih punya Forza 250,” tutur Mr. B yang pakai Spin hanya untuk geber di komplek perumahan.932spin-engine-swap---endro-4.jpg

Tidak memilih dari Majesty katanya karena merek Yamaha, cocoknya dipasang di Mio atau Nouvo. Kalau Honda Helix konstruksi mesinnya tegak seperti motor sport. Sangat mencolok jika dipasang di Spin 125. Khawatir jadi tanda tanya.

Akhirnya dipilih dari Honda Forza aja. “Meski bukan merek Suzuki tapi tahunnya muda. Keluaran 2004,” argumen Mr. B yang senang fitness dan kerap pulang-pergi Jakarta Singapura itu.

Pemilihan dapur pacu Forza 250 tentu karena punya kelebihan. Sudah menganut sistem pendingin air. “Tentu dilengkapi radiator meski belum sistem injeksi bahan bakar,” ucap Mr. B yang membawa langsung dapur pacu skubek gede itu langsung dari Singapura. Tentu tidak ditenteng, melainkan dikirim lewat laut.

930spin-engine-swap---endro-2.jpgKebayang dong tenaganya kink. Aslinya alias standar saja punya power 22 dk pada gasingan 8.000 rpm. Yamaha Mio standar hanya 6 dk, dibore up 250 cc untuk drag bike baru mencapai 22 dk. Artinya, tenaga Forza sudah setara Mio bore up 250 spek racing.

Untuk menbus rasa penasaran, Em-Plus sempat jajal langsung. Tarikan bawah memang rada lelet seperti Mio bore up 150. Tapi tenaga atasnya lumayan ganas. “Bahkan susah direm,” komentar Mr. B sambil memperegakan main angkat roda depan.

Namun roda belakang masih memakai standar. Ukuran lebarnya 130/70x12. “Makanya masih kerap ngesot kalau direm. Maklum rem belakang cakram lebar meski hanya didukung kaliper single piston,” jelas Mr. B yang tambun itu.

ENGINE MOUNTING BEDA931spin-engine-swap---endro-3.jpg

Meski menganut konstruksi mesin tiduran seperti skubek lokal, namun dudukan mesin atau engine mounting beda. Posisinya tidak di depan, tapi di atas mesin alias di bawah jok. Ini yang bikin puyeng ketika merancang ulang dudukan.

Makanya engine mounting Spin 125 tidak dipakai sama sekali. Memanfaatkan asli punya Forza. Namun masih mempertimbangkan unsur harmonisasi dan safety. Meski dapur pacu Forza 250 lebih panjang, diusahakan pemasangan mesin tidak bikin molor sumbu roda.

Konsekuensinya mesin harus dipaksa maju tak gentar ke depan. “Iya, karburator nongol dari cover bodi di bawah selangkangan,” jelas Mr. B yang sangat sibuk terima telepon dari klien.

Untuk radiator juga tidak bisa dipasang di depan atau samping. Solusinya di atas mesin, tepatnya di bawah jok boncenger. Berikut kipas pendingin elektrik yang berputar berdasarkan sensor dari suhu mesin.

SATU SET KABEL BODI


Supaya bolt-on alias tinggal pasang, Mr. B bawa mesin lengkap. Sudah termasuk kabel bodi dan sistem pengapian. Jadinya CDI dan koil aslinya sudah nempel. Tinggal digabungkan dengan kabel kunci kontak Spin 125.

Penulis/Foto : Aong/Endro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar